Madrasah Aliyah Madinatul Khairaat Buntuna : Belajar, Berkarya, Berprestasi

Khutbah Jum'at

ILMU SIMBOL KEJAYAAN UMMAT

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي اَنْعَمَنَا بِنِعْمَةِ الْإِسْلَامِ وَ بِشَرِ يْعَةِ نَبِيَّنَا مُحَمَّدٍ صَلَّي اللهِ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
أَشْهَدُ اَنْ لَا إِلَهَ إلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ  و أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسُولُهُ.
اَللَّهُم صَلِّ عَلَى شَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ النَّبِي الأُمِّي وَعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَبِهِ وَجَمِيْعِ أُمَّتِهِ وَسَلَّمْ.
أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ  بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
يَاَيُّهَاالَّذِيْنَ اَمَنُوْا لَا تُلْهِكُمْ اَمْوَالُكُمْ وَلَا اَوْلَادُكُمْ عَنْ ذِكْرِ اللهِ وَمَنْ يَفْعَلْ
ذَلِكَ فَاُلَئِكُ هُمُ الْخَسِرُوْنَ.
أَمَّا بَعْدُ, فَيَا عِبَدَ اللهِ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَ اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ.
  
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah.
Rasanya tak habis-habisnya kita mesti bersyukur kepada Allah, karena dari limpahan rahmat dan karuniaNya, hingga kini kita tetap bertahan menjaga keimanan kita sebagai tingkat nikmat yang paling tinggi. Syahadatpun harus selalu kita benahi, biar lebih mendekati makna yang hakiki. Sanjungan shalawat kita sampaikan kepada Baginda Rasul, ujung tombak pembawa pelita kehidupan.

Dari mimbar ini pula saya serukan kepada diri saya pribadi, umumnya kepada para jamaah sekalian untuk selalu menjaga, mempertahankan dan terus berupaya meningkatkan nilai-nilai taqwa, hanya dengan taqwalah kita selamat di hari pengadilanNya.

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah.
Ilmu, telah menjadi perbincangan dari waktu ke waktu, bahkan ilmu telah menjadi simbol kemajuan dan kejayaan suatu bangsa. Hampir tak ada suatu bangsa dinilai maju kecuali di sana ada ketinggian ilmu. Hingga hampir menjadi kesepakatan setiap jawara bangsa, bila ingin maju harus berkiblat kepada negeri yang tinggi ilmunya. Jadilah bangku-bangku sekolah didoktrin dengan kurikulum negara maju. Akan tetapi sayang seribu kali sayang, sikap ambisi meraup dan mengimport ilmu ini berlaku hanya pada masalah duniawi. Bahkan pikiran sebagian besar kaum muslimin pun tak jauh berbeda dengan kaum sekulernya. Yang lebih memprihatinkan lagi, sebagian da’i yang mempertengkarkan tentang cap intelektual muslim pun justru menuding kolot terhadap orang yang tekun mempelajari agamanya karena terfitnah oleh kilauan dunia. Bukankah kita pernah mendengar wasiat Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib Radhiallaahu anhu :
اِرْتَحَلَتِ الدُّنْيَا مُدْبِرَةً وَارْتَحَلَتِ اْلآخِرَةُ مُقْبِلَةً وَلِكُلِّ وَاحِدَةٍ مِنْهُمَا بَنُوْنٌ، فَكُوْنُوْا مِنْ أَبْنَاءِ اْلآخِرَةِ وَلاَ تَكُوْنُوْا مِنْ أَبْنَاِء الدُّنْيَا، فَإِنَّ الْيَوْمَ عَمَلٌ وَلاَ حِسَابٌ وَغَدًا حِسَابٌ وَلاَ عَمَلٌ.
“Dunia akan pergi berlalu, dan akhirat akan datang menjelang, dan keduanya mempunyai anak-anak. Maka jadilah kalian anak-anak akhirat dan jangan menjadi anak-anak dunia. Sesungguhnya pada hari ini hanya ada amal tanpa perhitungan, dan besok hanya ada perhitungan tanpa amal.” (HR. Al-Bukhari secara mu’allaq).
Akankah kita membekali diri kita bagaikan si buta di tengah rimba belantara tak tahu apa yang akan menimpanya. Padahal bahaya itu sebuah kepastian yang telah tersedia.

Akankah kita bergelimang dalam kebodohan, padahal kebodohan adalah lambang kejumudan. Lalu, tidakkah kita ingin sukses dan jaya di negeri akhirat nanti. Lalu apa yang menghalangi kita untuk segera meraup ilmu dien (agama), sebagaimana kita berambisi meraup ketinggian ilmu dunia karena tergambar suksesnya masa depan kita?

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah!
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin mengumpulkan keutamaan ilmu sebagai berikut:
§  Bahwa ilmu agama adalah warisan para nabi, warisan yang lebih mulia dan berharga dari segala warisannya para nabi. Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam telah bersabda:
فَضْلُ الْعَالِمِ عَلَى الْعَابِدِ كَفَضْلِ الْقَمَرِ عَلَى النُّجُوْمِ. اَلْعُلَمَاءُ وَرَثَةُ اْلأَنْبِيَاءِ، وَاْلأَنْبِيَاءُ     لَمْ يُوَرِّثُوْا دِيْنَاًرا وَلاَ دِرْهَمًا وَإِنَّمَا وَرَّثُوا الْعِلْمَ فَمَنْ أَخَذَهُ أَخَذَ بِحَظٍّ وَافِرٍ. (الترمذي).
“Keutamaan seorang ‘alim (berilmu) atas seorang ‘abid (ahli ibadah) seperti keutamaan bulan atas seluruh bintang-bintang. Sesungguhnya ulama itu pewaris para nabi. Sesungguhnya para nabi tidaklah mewariskan dinar maupun dirham, mereka hanyalah mewariskan ilmu, maka barangsiapa mengambil warisan ilmu, maka dia telah mengambil keuntungan yang banyak.” (HR. Tirmidzi).

§  Ilmu itu tetap akan kekal sekalipun pemiliknya telah mati, tetapi harta yang jadi rebutan manusia itu pasti akan sirna. Setiap kita pasti kenal Abu Hurairah Radhiallaahu anhu, gudangnya periwayatan hadits, sehingga beliau menjadi sasaran bidik kejahatan kaum Syi’ah dengan tuduhan-tuduhan keji yang dilancarkannya terhadap diri beliau, dalam rangka menghancurkan Islam dan kaum muslimin.
Dari segi harta Abu Hurairah Radhiallaahu anhu memang termasuk golongan fuqara’ (kaum papa), memang hartanya telah sirna, tapi ilmunya tak pernah sirna, kita semua masih tetap membacanya. Inilah buah seperti yang tersebut dalam hadits Rasul Shallallaahu alaihi wa Salam :
إِذَا مَاتَ اْلإِنْسَانُ اِنْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلاَّ مِنْ ثَلاَثٍ؛ صَدَقَةٌ جَارِيَةٌ أَوْ عِلْمٌ يُنْتَفَعُ بِهِ أَوْ وَلَدٌ صَالِحٌ يَدْعُوْ لَهُ.
“Jika manusia mati terputuslah amalnya kecuali tiga: shadaqah jariyah,  ilmu yang dia amalkan, anak shalih yang mendoakannya.”

§  Ilmu, sebanyak apapun tak menyusahkan pemiliknya untuk menyimpan, tak perlu gedung yang tinggi dan besar untuk meletakkannya. Cukup disimpan dalam dada dan kepalanya, bahkan ilmu itu yang akan menjaga pemiliknya sehingga memberi rasa nyaman dan aman, lain halnya dengan harta yang semakin bertumpuk, semakin susah pula untuk mencari tempat menyimpannya, belum lagi harus menjaganya dengan susah payah bahkan bisa menggelisahkan pemiliknya.

§  Ilmu, bisa menghantarkan pemiliknya menjadi saksi atas kebenaran dan keesaan Allah. Adakah yang lebih tinggi dari tingkatan ini? Inilah firman Allah Ta’ala:
“Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang menegakkan keadilan. Para Malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). Tak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (Ali Imran: 18).

Sedang pemilik harta? Harta sama sekali takkan menghantarkan pemiliknya sampai ke derajat sana.

§  Para ulama (Ahli ilmu syari’at), termasuk golongan petinggi kehidupan yang Allah perintahkan supaya orang mentaatinya, tentunya selama tidak menganjurkan durhaka kepada Allah dan RasulNya, sebagaimana firmanNya:
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya) dan ulil amri di antara kamu.” (An-Nisa: 59).

Ulil Amri, menurut ulama adalah Umara’ dan Hukama’ (Ahli Hikmah/Ahli Ilmu/Ulama). Ulama berfungsi menjelaskan dengan gamblang syariat Allah dan mengajak manusia ke jalan Allah. Umara’ berfungsi mengoperasionalkan jalannya syariat Allah dan mengharuskan manusia untuk menegakkannya.

§  Para ulama, mereka itulah yang tetap tegar dalam mewujudkan syariat Allah hingga datangnya hari kiamat. Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam telah bersabda:
مَنْ يُرِدِ اللهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِي الدِّيْنِ وَإِنَّمَا أَنَا قَاسِمٌ وَاللهُ هُوَ الْمُعْطِيْ وَلاَ تَزَالُ هَذِهِ اْلأُمَّةُ قَائِمَةً عَلَى أَمْرِ اللهِ لاَ يَضُرُّهُمْ مَنْ خَالَفَهُمْ حَتَّى يَأْتِيَ أَمْرُ اللهِ.
“Barangsiapa yang Allah kehendaki padanya kebaikan, maka Allah akan fahamkan dia dalam (masalah) dien. Aku adalah Al-Qasim (yang membagi) sedang Allah Azza wa Jalla adalah yang Maha Memberi. Umat ini akan senantiasa tegak di atas perkara Allah, tidak akan memadharatkan kepada mereka, orang-orang yang menyelisihi mereka sampai datang putusan Allah.” (HR. Al-Bukhari).
Imam Ahmad mengatakan tentang kelompok ini: “Jika mereka bukan Ahlu Hadits maka aku tidak tahu siapa mereka itu”.

§  Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam menggambarkan para pemilik ilmu dengan lembah yang bisa menampung air yang bermanfaat terhadap alam sekitar, beliau bersabda, yang artinya:
Perumpamaan dari petunjuk ilmu yang aku diutus dengannya bagaikan hujan yang menimpa tanah, sebagian diantaranya ada yang baik (subur) yang mampu menampung air dan menumbuhkan tumbuh-tumbuhan dan rerumputan yang banyak, di antaranya lagi ada sebagian tanah keras yang (mampu) menahan air yang dengannya Allah memberikan manfaat kepada manusia untuk minuman, mengairi tanaman dan bercocok tanam. Dan sebagian menimpa tanah tandus kering yang gersang, tidak bisa menahan air yang menumbuhkan tumbuh-tumbuhan. Maka demikianlah permisalan orang yang memahami (pandai) dalam
Agama Allah dan memanfaatkan apa yang dengannya aku diutus Allah, maka dia mempelajari dan mengajarkannya. Sedangkan permisalan bagi orang yang tidak (tidak memperhatikan ilmu) itu (sangat berpaling dan bodoh), dia tidak menerima petunjuk Allah yang dengannya aku diutus. (HR. Al-Bukhari dan Muslim).

§  Ilmu adalah jalan menuju Surga, tiada jalan pintas menuju Surga kecuali ilmu. Sabdanya:
مَنْ سَلَكَ طَرِيْقًا يَلْتَمِسُ فِيْهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللهُ لَهُ بِهِ طَرِيْقًا إِلَى الْجَنَّةِ.
Barangsiapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah mudahkan baginya jalan menuju Surga.” (HR. Muslim).

§  Ilmu merupakan pertanda kebaikan seorang hamba. Tidaklah akan menjadi baik melainkan orang yang berilmu, sekalipun bukan jaminan mutlak orang yang (mengaku) berilmu mesti baik.
Sabda beliau Shallallaahu alaihi wa Salam :
مَنْ يُرِدِ اللهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِي الدِّيْنِ.
“Siapa yang Allah kehendaki kebaikan, Allah akan pahamkan dia (masalah) dien.” (Al-Bukhari).

§  Ilmu adalah cahaya yang menerangi kehidupan hamba sehingga dia tahu bagaimana beribadah kepada Allah dan bermuamalah dengan para hamba Allah.

§  Orang yang berilmu adalah cahaya bagi manusia lainnya. Dengan dirinyalah manusia dapat ditunjuki jalan hidupnya. Jamaah sekalian tentunya pernah mendengar kisah seorang pembunuh yang menghabisi 100 nyawa. Dia bunuh seorang ahli ibadah sebagai korban yang ke-100 karena jawaban bodoh dari si ahli ibadah yang menjawab bahwa sudah tak ada lagi pintu taubat bagi pembunuh nyawa manusia. Akhirnya dia datang kepada seorang yang berilmu, dan disana ia ditunjukkan jalan taubat, maka diapun mendapatkan penerangan bagi jalan hidupnya.

§  Allah akan mengangkat derajat orang yang berilmu di dunia dan akhirat. Di dunia Allah angkat derajatnya di tengah-tengah umat manusia sesuai dengan tingkat amal yang dia tegakkan. Dan di akhirat, akan Allah angkat derajat mereka di Surga sesuai dengan derajat ilmu yang telah diamalkan dan didakwahkannya.
Allah Subhannahu wa Ta'ala dalam surat Al-Mujadilah: 11 telah berfirman:
“Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.”

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah!
Itulah point-point penting yang bisa kita nukilkan, semoga menjadi pendorong semangat bagi orang yang bercita-cita mulia di dunia dan akhiratnya. AMIIN YAA RABBAL AALAMIIN.

بَارَكَ اللهُ لِى وَلَكُمْ فِى الْقُرْاَنِ الْعَظِيْمِ وَ نَفَعْنِى وَاِيَاكُمْ بـِمَا فِيْهِ مِنَ الْاَيَاتِ وَالذِكْرِ لْحَكِيْمِ فَتَقَبَلَ مِنِّى وَمِنْكُمْ تِلَا وَتَهُ اِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. اَسْتَغْفِرُ اللهَ لِى وَلَكُمْ وَاسْتَغْفِرُوْهُ اِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
EKSTRA KURIKULER

Untuk memacu prestasi Non Akademik, MA. Madinatul Khairaat membuat program EkstraKulikuler bagi peserta didik, diantaranya :

  1. Ceramah
  2. Hifdzil Qur'an
  3. Kaligrafi
  4. Pencak Silat
  5. Futsal
MADRASAH ALIYAH MADINATUL KHAIRAAT

Alamat :  Jl. Syaiful Muluk Lrg. Alkhairaat No. 164 Buntuna
Kec. Baolan, Kab. Tolitoli, Sulawesi Tengah
Email :  ma.mkhair@gmail.com
Facebook :  MA MADINATUL KHAIRAAT
VISI DAN MISI
MADRASAH ALIYAH MADINATUL KHAIRAAT


VISI

Unggul dalam Kompetensi Akademik dan Non Akademik Berdasarkan Iman dan Taqwa

MISI

-  Melaksanakan Pendidikan yang Bermutu
-  Mengoptimalkan Kegiatan Pembinaan Keagamaan
-  Mengoptimalkan Potensi Peserta Didik untuk Berprestasi
-  Menumbuhkan Sikap Mandiri Peserta Didik dalam Berpikir dan Bertindak
dengan Penuh Rasa Tanggung Jawab

TUJUAN

Membentuk insan-insan generasi Islam yang cerdas, mandiri, dan bertanggung jawab
serta memiliki kreatifitas utuh dalam mengaplikasikan ilmu dan kemampuannya di masyarakat














PROFIL 

Sejak Tahun 2007 Pondok Pesantren Madinatul Khairaat Buntuna yang didirikan oleh Al-Ustadz Syamsu Hi. Patarai, SH.I telah memiliki dedikasi yang tinggi terhadap perjuangan pendidikan khususnya di bidang agama, dan sampai saat ini masih tetap eksis sebagai lembaga yang mengutamakan pendidikan dan dakwah.                       
Pondok Pesantren Madinatul Khairaat berdiri di atas tanah seluas 2.000 M2 yang didalamnya terdapat 7 (tujuh) buah gedung, yakni dua gedung asrama dan dua gedung madrasah, dua gedung kantor, mushallah dan juga dilengkapi sarana olah raga seperti lapangan bulu tangkis, sepak bola, sepak takraw dan lapangan bola volly.


PENDIDIKAN FORMAL

Sebagai Lembaga Pendidikan Islam yang melakukan kegiatan belajar mengajar di pagi hari (formal), MTs. dan MA. Madinatul Khairaat memadukan kurikulum Kementerian Agama, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, serta Kurikulum Perguruan Alkhairaat dengan tenaga pengajar yang handal dan professional, berlatar belakang pendidikan rata-rata Sarjana, yang direkrut melalui Kementerian Agama dan Perguruan Alkhairaat, dan saat ini pula Pondok Pesantren Madinatul Khairaat Buntuna telah mempunyai tenaga pengajar lulusan Universitas Al-Azhar Kairo  Mesir serta seorang Kiayi asal Jawa Barat, sehingga kualitas tamatan Pondok Pesantren Madinatul Khairaat Buntuna tidak perlu diragukan lagi untuk bisa bersaing dengan Pondok – Pondok Pesantren yang lainnya.

PENDIDIKAN NON-FORMAL

  1. Untuk menciptakan da'i yang handal dan professional, santri diarahkan dan dibimbing latihan ceramah Agama dengan menghafal Al-qur'an dan hadits-hadits pendek secara rutin.
  2. Untuk mencintai Al-qur'an dan menjadi manusia qur'ani. Santri diarahkan dan dibimbing untuk mengikuti latihan seni baca Al-qur'an, tahfidz dan tartil yang dilengkapi dengan teori ilmu tajwid secara berjenjang.
  3. Untuk mencintai seni olah raga dan budaya islam, santri diarahkan dan dibimbing untuk latihan Kaligrafi, Jepeng, Qasidah Rebana dan berbagai macam Olah Raga diantaranya Bulu Tangkis, Sepak Bola, Sepak Takrau dan lain-lain.